Kamis, 12 April 2012

Matamu Mataku..

"Aku butuh waktu. Buat mikir.."

"Apa lagi yang mau kamu pikirkan.?"

"Tentang aku, tentang kamu... dan tentang.."

"Kita? Bukankah aku sudah pernah bilang kalau kamu nggak perlu pikirkan apapun tentang kita? Aku sudah denganmu, kamu sudah denganku. Itu saja. Lalu apa lagi? Ada yang kurang?" aku tersenyum dan menunduk, menghindari tatapanmu yang setajam mata elang. Entah kenapa, aku selalu takut jika mataku harus bertemu dengan matamu belakangan ini. Ada semacam kekuatan dari dirimu yang selalu berhasil membuatku berkata jujur padamu, tidak menutupi cerita apapun apalagi berbohong.

"Hmm.. nggak ada," sahutku singkat. Aku semakin melebarkan senyum ketika mendengar jawaban itu. Tapi ketika aku mengangkat wajah dan menatapmu, ada segaris keraguan yang kutangkap dari sorot matamu kali ini. Tentang apa itu, aku tidak sanggup menerkanya. Karena aku takut kalau terkaanku itu tepat. Dan, kamu tahu, belakangan ini aku semakin tidak mau bertatapan langsung denganmu karena apa? Aku tetap tidak bisa menebak apa yang ada di hatimu lewat tatapan matamu itu.

"Maaf ya.." kamu menghampiriku tiba-tiba, lalu mencengkeram pundakku agak keras. Sakit, tapi aku merasa nyaman saat kamu melakukannya. Aku tahu kamu pasti mengatakan ini. Setiap bertemu denganku beberapa waktu ini, matamu selalu bermain liar, gelisah. Menanti yang entah apa, menutupi tapi kamu bersikap pura-pura tidak pernah terjadi apa-apa. Matamu, mata yang biasanya menarik semua yang ada, bahkan yang tersimpan didalam hati terkecilku, mata yang tidak pernah membiarkanku berbohong, kini malah balik mendustaiku. Ada apa? Boleh aku bertanya?

"Iya," aku tidak ingin bertanya alasan kamu meminta maaf padaku. Aku hanya perlu waktu untuk berpikir sebentar, seperti pertanyaanku di awal percakapan kita. Ada beberapa bukti yang bisa aku berikan jika kamu bertanya kenapa aku harus meluangkan waktu sedikit untuk "sendiri". Bukan hanya tentang aku, kamu, dan kita. Awalnya aku melihat semua itu dari matamu. Melihat sesuatu dengan mataku. Dengar, kamu yang pertama kalinya mengajari aku bahwa mata tidak akan pernah mampu berbohong, seberapa besarpun kamu menutupi semuanya baik-baik. Mata akan selalu bisa menebak apa yang terjadi dengan hatimu. Sekarang, ada apa dengan matamu?

Aku mendongak. Kutegakkan wajahku, menatapmu lebih dalam lagi. Aha! Sekarang, akhirnya aku bisa melihat titik dimana kamu tidak akan bisa mengelak apapun. Kamu menangis. Ya Tuhan, benarkah ini kamu? Benarkah? Benarkah? Aku menatapmu dengan sikap menantang. Baru kali ini aku berani menatapmu seperti ini. Biasanya aku takut kamu akan menebak apa yang kupikirkan lewat mataku. Tapi tidak setelah kamu melontarkan kata maaf tadi. Aku sudah tahu sejak awal, sebenarnya. Hanya saja aku terlalu takut untuk mengatakannya.

"Kamu kenapa?" tanyaku. Kamu hanya menyunggingkan senyummu untuk menjawabnya.

"Kamu tahu apa yang aku pikirkan?"

Diam, aku menelan ludah pahit. Oke, jadi beberapa waktu ini, aku tahu kalau kamu masih menghubungi gadis itu. Aku tahu, bahwa kamu masih menyimpan sesuatu tentangnya yang aku sendiri tak pernah ingin tahu tentang apa itu. Matamu selalu berbinar setiap kali melihatnya lewat dihadapanmu. Tolong, jangan mengelak karena ketika kamu melakukan itu, aku ada disana. Melihat langsung dengan mataku. Aku lalu mengangguk. Kukeluarkan selembar foto yang terletak didompetku. Aku menunjukkannya padamu.

Kini giliran kepalaku yang bermain dengan imajinasinya. "Kita? Bukankah aku sudah pernah bilang kalau kamu nggak perlu pikirkan apapun tentang kita? Aku sudah denganmu, kamu sudah denganku. Itu saja. Lalu apa lagi? Ada yang kurang?" entah sudah berapa puluh kali kamu mengatakan ini padaku. Walau aku tetap merasa senang mendengarnya, tapi saat aku ingat bahwa kamu dan matamu, juga hatimu menyimpan sesuatu yang lain tentang kita, aku tidak pernah menganggap bahwa kata-kata itu tulus dari lubuk hatimu. Dan iya, itulah alasan kenapa belakangan aku tidak berani menatap matamu. Selain karena aku takut kamu bisa menebak kecurigaan ini, aku takut aku akan sakit. Karena kamu menyukai teman dekatku beberapa waktu ini. Itu juga yang menjadi alasan kenapa aku meminta waktu untuk berpikir. Kamu mau menjalaninya denganku, atau dengan sahabatku?

"Maaf.." kamu merebut foto itu dari tanganku. Foto yang kutemukan dibalik diktatmu. Fotonya. Sahabatku. Jika mata ini tidak menemukannya saat itu, mungkin aku tidak pernah tahu apa yang sebenarnya membuat matamu gelisah belakangan ini. Setelah kamu sobek hingga hancur, kamu kembali menatapku. Kali ini, yang kudapati adalah pancaran kejujuran. Ketulusan. Aku mulai berani menatapmu sekarang. "Kamu nggak perlu mikirin apa-apa. Aku tetap denganmu. Janji. Ini nggak akan terulang lagi."

=))


1 komentar:

  1. Grand Victoria Casino - Mapyro
    Grand Victoria Casino is situated in Richmond, 강릉 출장안마 and 청주 출장마사지 features 10 춘천 출장마사지 reel slot machines. 진주 출장안마 The casino is located in Richmond, 포항 출장마사지 Virginia. The casino has three floors of gambling

    BalasHapus