"Gini nih, susahnya pacaran
sama anak IPA!"
"Susah apanya?"
"Ya susah. Guenya jadi
dicuekin. Pelajaraaaaan mulu yang diurusin."
"Lho, emang harusnya gitu,
kan?"
"Tapi gak gini-gini juga, kali.
Emang gue boneka, apa, yang diajak maen kalo lagi pengin doang?"
Trisa menghela napas. Memalingkan
wajahnya dari buku tulis ke arah Nunu. Yang ditatap masih memasang tampang
be-te. Manyun sambil menopang dagu dengan telapak tangan.
"Kenapa lagi sih, Faesal
lo?" tanyanya, setelah meletakkan ballpoint dan benar-benar
mengkonsentrasikan mata pada Nunu.
"Ya gitu. Gue minta temenin ke
toko buku, alesannya banyak tugas. Trus dia bilang, 'kamu kan udah gede, kenapa harus ditemenin segala?''
bete, kan?"
Trisa ngakak, tapi segera menutup
mulut saat mata Nunu membulat ke arahnya.
"Dia nggak salah, kan?"
komentarnya cuek.
"Huuu. Malah dibelain. Capek
gue kalo lama-lama gini."
"Nunu, kalian itu pacaran udah
hampir 3 bulan, lho. Lo juga pasti ngerti, kali, kalo sifatnya begitu.."
"Tapi kalo terus-terusan kayak
gini, guenya juga yang makan ati!"
"Serba salah ya hidup looo
Nu... Nu. Waktu pacaran sama Exel, lo ngeluh sama sikap overnya. Giliran dapet
yang cuek, mencak-mencak lagi. Mau lo apa lagi sekarang?"
***