"Gini nih, susahnya pacaran
sama anak IPA!"
"Susah apanya?"
"Ya susah. Guenya jadi
dicuekin. Pelajaraaaaan mulu yang diurusin."
"Lho, emang harusnya gitu,
kan?"
"Tapi gak gini-gini juga, kali.
Emang gue boneka, apa, yang diajak maen kalo lagi pengin doang?"
Trisa menghela napas. Memalingkan
wajahnya dari buku tulis ke arah Nunu. Yang ditatap masih memasang tampang
be-te. Manyun sambil menopang dagu dengan telapak tangan.
"Kenapa lagi sih, Faesal
lo?" tanyanya, setelah meletakkan ballpoint dan benar-benar
mengkonsentrasikan mata pada Nunu.
"Ya gitu. Gue minta temenin ke
toko buku, alesannya banyak tugas. Trus dia bilang, 'kamu kan udah gede, kenapa harus ditemenin segala?''
bete, kan?"
Trisa ngakak, tapi segera menutup
mulut saat mata Nunu membulat ke arahnya.
"Dia nggak salah, kan?"
komentarnya cuek.
"Huuu. Malah dibelain. Capek
gue kalo lama-lama gini."
"Nunu, kalian itu pacaran udah
hampir 3 bulan, lho. Lo juga pasti ngerti, kali, kalo sifatnya begitu.."
"Tapi kalo terus-terusan kayak
gini, guenya juga yang makan ati!"
"Serba salah ya hidup looo
Nu... Nu. Waktu pacaran sama Exel, lo ngeluh sama sikap overnya. Giliran dapet
yang cuek, mencak-mencak lagi. Mau lo apa lagi sekarang?"
***
Nunu menekuk wajah. Sebal melihat
Trisa yang tiba-tiba meninggalkannya saat pulang. Dijemput Rasya dan mau
jalan-jalan dulu, ceritanya. Nah, gue? Nunu menggerutu kecil. Menatap layar
HPnya yang sepi. Berharap ada nama Faesal disana, Nunu malah jadi mangkel
sendiri. Kalo nggak lagi basket, pasti lagi ngerjain tugas. Huuuuh!
Nunu meneruskan langkah. Berjalan
sendiri dikoridor sambil memainkan gantungan kunci, hadiah pertama yang
diberikan Faesal padanya. Sambil mengingat-ingat, kenapa bisa Nunu suka sama
orang kayak Faesal? Cowok cuek yang sama sekali nggak ada romantis-romantisnya.
Boro-boro ngajak candle light dinner, perhatian juga kalo inget.
Eh, tuh kan.. Nunu menghentikan
langkah. Menatap ke lapangan basket yang dipenuhi anak-anak cowok dengan
kesibukan masing-masing. Dan cowok jangkung itu menjadi pusat perhatiannya. SMS
jangan ya? Nunu menghela napas, merasa yakin Faesal tak akan membalas SMS-nya,
hingga akhirnya..
“Faesaaaaaaal.." teriaknya
lantang. Yang dipanggil tetap cuek. Men-dribble bola tanpa menoleh.
"Faesaaal. Faesal Pratama! Budek
ya?" Faesal menoleh kali ini. Melambaikan telapak tangannya, pertanda
minta waktu. Nunu memangku tangan, menggigit bibir dan menatap Faesal dengan
tatapan kesal sampai lima menit kemudian, Faesal yang sudah berhenti bermain
menghampiri dengan wajah dibanjiri keringat.
"Jalan yuk!" Nunu nyengir
tanpa dosa, memasang wajah yang paling ceria padahal beberapa waktu sebelumnya
garis kemarahan itu nampak jelas dirautnya.
"Capek," Faesal menjawab
kalem. Me-lap keringat dengan handuk kecilnya, lalu meneguk sebotol air yang
disimpan diranselnya yang terbuka.
"Yaa kita makan, gitu. Sekalian
istirahat kamu-nya. Ya? Aku mau pulang nggak ada temen. Trisa dijemput cowoknya
tadi,"
"Kita makan disini aja. Terus
aku anter kamu pulang." Faesal bangun, meraih ranselnya lalu berjalan
sanati meninggalkan Nunu yang masih bengong ditempat.
"Tunggu situ. Aku nggak
lama," hanya itu kalimat terakhir yang Nunu dengar sebelum Faesal
menghilang dibalik pintu toilet.
***
Tidak ada coklat, bunga mawar
apalagi puisi. Hanya sikap cuek dan dingin yang Nunu terima selama 3 bulan
jalan bareng cowok itu. Dua bulan pertama, Nunu memang menikmati sikap Faesal
yang satu itu. Sebelum-sebelumnya, rata-rata cowoknya bersikap over. Lebay.
Tapi belakangan, kok Nunu malah jadi sering dibuat jengkel ya, sama sikapnya
itu? Sebenernya Faesal punya perasaan nggak sih, sama Nunu? Apalagi, belakangan
ini juga temen-temen malah kebanyakan cerita soal sikap cowok mereka yang
romantis. Dikasih coklat lah, dikirimin puisi lah, dianter jemput sekolah lah.
Nah, Nunu?
"Dia sayang sama lo dengan
caranya sendiri," Trisa membela. Nunu semakin cemberut.
"Dengan nyuekin gue, gitu?
Ngapain pacaran kalo sikapnya dingin begitu?"
"Nah elo.. kenapa mau dipacarin
kalo gak bisa nerima konsekuensinya?"
"Abis, tadinya gue pikir enaaak
gitu pacaran sama cowok cuek model Faesal. Nggak ngekang. Taunya malah
gini.."
"Putus aja apa susahnya sih?
Kan nanti lo bakal dapet lagi." Komentar itu sangat menindas batin Nunu.
Coba kalau tadi Vira nggak ngasih coklat yang katanya "dapet dari cowok
gue,", pasti Nunu nggak kepikiran untuk misuh-misuh sama Trisa.
***
Huaaaaa..
Kali ini, Nunu nggak bisa lagi
menahan kesabarannya menghadapi sikap cuek Faesal. Kok rasanya kayak yang nggak
dianggap ya? Barusan aja dia liat dengan romantisnya Rasya memberikan kado buat
Trisa. Iiiih, Faesal mana pernah? Nunu melongo. Cuma bisa bengong saat Rasya
juga menyerahkan sebuket bunga buat Trisa. Padahal Nunu tau banget, ini bukan
hari ulangtahun Trisa. Eh, ulangtahun? Seandainyaaa pacar gue kayak Rasya.
batinnya meringis, saat kemudian terlintas sesuatu dalam benak Nunu.
***
"Pokoknya malam ini aku mau
ketemu. Peduli kamu bisa atau enggak. Aku mau ngomong. Penting. Soal.. soal
masa depan kita!" Faesal mengerutkan dahi, menatap Nunu dengan mata
menyipit, kemudian tersenyum tipis dan mengangguk. Nunu bingung, menghela napas
dalam-dalam, lalu membalikkan badan. Meninggalkan Faesal dengan sebuah tanda
tanya besar menggantung dihatinya.
***
Malam itu Nunu menunggu dengan sebal
diteras depan. Tanpa berpakaian rapi apalagi dandan. Tampil cuek dengan piyama
Mickey Mouse ungu kesayangannya, Nunu menatap layar HP. Sama sekali nggak mau
menghubungi cowok itu. Nunu mau membuktikan, bakal datang tepat waktu atau
malah nggak datang? Hmm.. Nunu membuang napas. Keputusannya sudah final. Nunu
nggak tahan dengan sikap cuek Faesal kepadanya. Jadi mungkin lebih baik Nunu
mengakhirinya saja. Kalo kelamaan diterusin, bisa mati rasa dia!
Klakson motor Faesal berbunyi
beberapa kali saat Nunu memutuskan masuk ke dalam rumah. Telat 5 menit!
Ta-tapi.. Nunu membalikkan badan, menatap Faesal dengan tatapan 'bego'-nya. Itu
Faesal? Tanyanya meyakinkan. Faesal, cowok cueknya gue? Tampil rapi dengan
kemeja kotak biru tua yang tangannya dilipat sampai sikut. Jeans hitam serta
rambut cepaknya semakin membuat Nunu ternganga. Lihat, penampilannya sangat
kontras!
"Udah lama nunggu?" tanya
cowok itu. Nunu masih membiarkan tiga garis halus didahinya itu terbentuk.
Faesal tersenyum, mengerti dengan apa yang ada dipikiran Nunu saat ini.
"Kamu mau ke mana?"
"Ketemu kamu. dan.. selamat
ulangtahun, sayang.." Nunu menelan ludah, tatkala dengan 'so sweet-nya'
Faesal mengeluarkan sekotak besar berwarna pink, setangkai bunga mawar putih,
serta sebuah kotak kecil berwarna merah. Ulangtahunnya kan besok?
"Ta-ta-tapi.. ulangtahun aku
kan besok."
"Katanya ada yang mau
dibicarain sekarang. Kamu mau minta putus, kan?" tebak Faesal. Nunu
menelan ludah lagi. Sejurus kemudian, senyum manisnya mengembang. Tepat saat
Faesal mengeluarkan sebuah kalung berliontin hati.
“Ini buat.."
“Buat kamu, sayang.." Faesal
mendekat ke arah Nunu yang masih berdiri diambang pintu. Memakaikan kalung itu,
lalu menyerahkan kotak berwarna pink besar pada Nunu. Parfum kalem Faesal
langsung mengikat hatinya. Niatnya untuk mengakhiri hubungan mereka batal
seketika.
"Sebelum kamu minta putus sama
aku, aku mau kasih ini. Maaf ya, selama kamu pacaran sama aku, aku malah banyak
bikin kamu ngenes. Aku nggak maksud kok. Tadinya aku mau tes kamu aja. Tahan
nggak kalo aku cuekin. Nanti aku kan mau ikut tes untuk masuk jurusan Kimia.
Dan kayaknya bakalan banyak ninggalin kamu. 3 bulan ini aku liat kamu sabar
ngadepin aku, dan aku salut banget buat itu. Tapi pas tadi kamu minta aku
nemuin kamu, aku tahu kesabaran kamu udah menipis.."
“Aku nggak akan minta putus
kok," sela Nunu tiba-tiba. Matanya secerah kerlip bintang yang bersinar
dilangit. Kekesalannya meluluh. IIIh, pacar cuek gue ternyata bisa romantis
juga! ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar